Sore yang cerah agak mendung sedikit pada hari pencoblosan Pilkada serentak
Rabu (09/12/2015), disaat para paslon dan kader-kader pendukungnya sedang pada
sibuk menanti hasil penghitungan suara tiga orang BLEGOCer (Ardy, Rio dan Dika)
yang merupakan BLEGOCer muda meraasa bingung mau melakukan kegiatan apa
disela-sela jaga Posko sekretariat Blegoc. Tanpa pikir panjang mereka
lalu melakukan kegiatan gowes sore sambil test drive sepeda baru (baru beli
sepeda ni yeee). Rupanya demam BLEGOC ditempat kami membuat beberapa
BLEGOCer yang membeli sepeda ataupun mulai melirik sepeda mereka yang dulunya
gak dipakai sampai rusak untuk diperbaiki kembali supaya bisa dipakai untuk
Gowes. Yang lebih mantap banyak yang sekarang hobby gowes karena olahraga
satu ini termasuk olahraga yang memang sangat asyik, murah meriah dan endesss
poll (orang Oslo bilang).
Mereka bertiga sepakat untuk mengambil route sekitar Berbah dan Kalasan
sehingga sampailah kepada obyek yang layak untuk melakukan Narsis yaitu Candi
kalasan. Para sedulur Goweser tentu tidak asing lagi dengan candi
tersebut untuk jadi sasaran tujuan Gowes, karena tempatnya mudah dijangkau dan
dekat dengan jalan raya sehingga sangat gampang aksesnya. Walaupun
ada yang belum pakai Jersey kebesaran BLEGOC tapi tidak ada masalah yang penting
narsis dan tetap semangat untuk olahraga. Meski sudah banyak yang
mempublikasikan Candi kalasan tersebut, tidak ada salahnya kami akan
menginfokan sedikit tentang Candi Kalasan.
Candi Kalasan atau Candi Kalibening merupakan sebuah candiyang dikategorikan
sebagai candi umat Buddha terdapat di desaKalasan, kabupaten Sleman,
provinsi Yogyakarta, Indonesia.
Candi ini memiliki 52 stupa dan berada di sisi jalan raya antaraYogyakarta dan Solo serta sekitar 2
km dari candi Prambanan.
Pada awalnya hanya candi Kalasan ini yang ditemukan pada kawasan situs ini,
namun setelah digali lebih dalam maka ditemukan lebih banyak lagi bangunan
bangunan pendukung di sekitar candi ini. Selain candi Kalasan dan bangunan -
bangunan pendukung lainnya ada juga tiga buah candi kecil di luar bangunan
candi utama, berbentuk stupa.
Berdasarkan prasasti Kalasan bertarikh 778 yang ditemukan
tidak jauh dari candi ini menyebutkan tentang pendirian bangunan suci untuk
menghormati Bodhisattva wanita, Tarabhawana dan
sebuah vihara untuk
para pendeta. Penguasa yang memerintah pembangunan
candi ini bernama Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari
keluarga Syailendra. Kemudian dengan perbandingan dari manuskrip pada prasasti Kelurak tokoh
ini dapat diidentifikasikan denganDharanindra atau
dengan prasasti Nalanda adalah
ayah dari Samaragrawira. Sehingga candi ini dapat menjadi bukti
kehadiran Wangsa
Syailendra, penguasa Sriwijaya di Sumatera atas Jawa.
Dalam Prasasti Kalasan berhuruf Pre Nagari, berbahasa Sanksekerta ini
menyebutkan para guru sang raja Tejapurnapana Panangkaran dari keluarga
Syailaendra berhasil membujuk raja untuk membuat bangunan suci bagi Dewi Tara
beserta biaranya bagi para pendera sebagai hadiah dari Sangha.
Profesor Dr Casparis. menafsir berdasarkan prasasti Kalasan itu, Candi
Kalasan dibangun bersama antara Budha dan Hindu. Sementara itu Van Rumond,
sejarahwan dari Belanda meyakini bahwa di situs yang sama pernah ada
bangunan suci lain yang umurnya jauh lebih tua dibanding Candi Kalasan, sesuai
hasil penelitian yang dilakukannya pada tahun 1928. Bangunan suci itu berbentu
wihara yang luasnya 45 x 45 meter. Ini berarti bangunan candi mengalami tiga
kali perbaikan. Sebagai bukti, menurutnya, terdapat empat sudut kaki candi
dengan bagian yang menonjol.
Pada bagian selatan candi terdapat dua relief Bodhisattva, sementara pada
atapnya terdiri dari 3 tingkat. Atap paling atas terdapat 8 ruang, atap tingkat
dua berbentuk segi 8, sedangkan atap paling bawah sebangun dengan candi
berbentuk persegi 20 yang dilengkapi kamar-kamar setiap sisinya.
Beberapa Keistimewaan dan Bentuk dari Candi Kalasan
Pada candi Kalasan ini memiliki lapisan penutup candi yang dinamakan
Bajralepa, yaitu semacam plesteran di ukiran batu halus. Detil dari hiasan
Bajralepa ini yang merupakan salah satu ciri Candi Kalasan, yang juga dijumpai
pada Candi Sari.
Denah bangunan Candi Kalasan berbentuk persegi. Atapnya segi delapan dan
puncaknya berbentuk dagoba (stupa). Keadaannya sudah sangat rusak. Hanya bagian
selatan yang masih utuh. Disebut-sebut, bilik pusatnya dahulu memiliki arca
perunggu setinggi 6 meter yang kini hilang. Sedangkan ketiga biliknya juga
kosong.
Tubuh dan atap candi dihias dengan ukiran-ukiran yang sangat indah. Terdiri
dari relung-relung, sulur-sulur, arca-arca Budha, dagoba-dagoba dan arca Gana,
yaitu manusia kerdil berperut buncit yang biasanya memikul barang.
Mengenai hiasan ini, Bernet Kempers dalam
bukunya, Indonesia Selama zaman Hindu, halaman 25, menyebutkan bahwa cara
pembuatan hiasan yang cukup rapi dan memikat ini menunjukkan bahwa pada masa
pembuatan candi ini memiliki pemahat dan ahli plester bangunan yang sangat
cakap.
Ditambahkan menurut Bernet, Candi Kalasan dulunya ditutup oleh stucco seluruhnya,
seperti juga candi-candi yang lain. Sedangkan penghalusan bagian-bagian candi
ditambahkan batu penutup yang terbuat dari batu kapur.
Di dalam bangunan candi yang nampak sekarang, ternyata ada kontruksi yang
lebih tua. Karena itu beberapa ahli mengatakan bahwa banguna yang ada sekarang
itu merupakan banguan tambahan di sekitar abad ke-9. Bangunan aslinya jelas
memiliki usia yang lebih tua daripada itu.
Denah kaki Candi Kalasan terletak di atas lapik berbentuk bujur sangkar.
Dasar candi juga berbentuk bujur sangkar. Pada kaki candi terdapat makara. Di
sekeliling kaki ada hiasan jambangan. Tubuh candi bujur sangkar dengan
penampil-penampil yang menjorok ke luar di tengah sisinya. Dilengkapi sebuah
singasana yang dihiasi singha berdiri diatas punggung sekeor gajah.
Bagian luar candi, terdapat relung yang dihiasi gambar dewa memegang bunga
teratai. Pada setiap pintu masuk terdapat hiasan kepala kala yang dijenggernya
terdapat kuncup bunga. Pohon dewata ada diatasnya dan para penghuni kahyangan
memainkan bunyi-bunyian seperti rebab, gendang, kerang dan cemara.
Atap candinya terdapat hiasan Gana. Atap nya berbentuk segi delapan dan
bertingkat dua. Di tingkat pertama terdapat arca Budha. Pada keliling candi
terdapat bangunan stupa setinggi 4,6 meter sebanyak 52 buah.
Keindahan candi Kalasan ini masih bisa dinikmati terutama pada bagian
selatan candi. Terdapat Banaspati yang besar, lajur yang tegak lurus dihiasi
dengan sulur-sulur dan makara-makara, yang merupakan termasuk hasil kesenian
Jawa pada masa Hindu yang terbaik. Keistimewaan lain adalah Makaranya menghadap
kedalam dan keluar dan diatas kepala Kala terdapat lukisan berbentuk atap candi
yang menjulang tinggi.
Bila candi ini dilihat dari dalam, candi ini disusun dari tumpukan
batu-batuan yag saling terkait dan melebar kebawah.
Sekalipun candi ini telah dipugar pada tahun 1927 dan pada tahun 1929,
namun masyarakat tetap akan menemui kesulitan untuk melihat keindahan Candi
Kalasan ini. Itu karena ada bagian-bagian yang terpaksa tidak dapat
dikembalikan seperti sediakala, disebabkan karena banyak batu -batu aslinya
yang hilang.
Nah bagi para Goweser yang belum pernah kesana silahkan untuk mampir sambil mengenang kejayaan para leluhur kita dahulu. Akhirnya Salam BLEGOC dan Salam Gowess.....
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Kalasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar